
Ibuku Hajjah Masriah Saat 25 tahun yang lalu saat sakit strok dan darah tinggi
Untuk ibuku tercinta, meski ragamu telah pergi 20 tahun yang lalu, cintamu tetap hidup di dalam hatiku.
Ibu,
dua puluh tahun bukan waktu yang singkat. Dunia telah berubah, usia telah bertambah, dan aku telah melalui banyak jalan kehidupan tanpa genggaman tanganmu. Namun ada satu hal yang tak pernah berubah: doamu yang selalu menyertai langkahku.
Meski engkau telah kembali kepada Sang Pencipta, kehadiranmu tetap nyata. Aku menemukannya dalam nilai-nilai yang kau tanamkan—tentang keikhlasan, kesabaran, dan keteguhan hati. Aku menemukannya saat harus memilih jalan yang benar, saat harus kuat dalam kesendirian, dan saat harus memaafkan meski hati terluka.
Ibu, engkau mengajarkanku bahwa cinta sejati tak pernah meminta balasan. Bahwa pengorbanan bisa dilakukan dalam diam. Bahwa menjadi kuat bukan berarti tak pernah menangis, tetapi tetap berdiri meski air mata jatuh. Hingga hari ini, ajaranmu menjadi cahaya penuntun dalam gelapnya kehidupan.
Di Hari Ibu ini, izinkan aku berkata:
Aku rindu.
Rindu nasihatmu yang lembut.
Rindu pelukanmu yang menenangkan.
Rindu doamu yang selalu lebih dulu menguatkanku sebelum aku sadar aku lemah.
Namun aku juga bersyukur.
Bersyukur pernah menjadi anakmu.
Bersyukur pernah merasakan cinta seorang ibu yang tulus.
Dan bersyukur karena Allah menitipkan sosok sepertimu dalam hidupku, meski hanya untuk waktu yang terbatas.
Doa untuk Ibuku Tercinta
Ya Allah,
ampunilah dosa-dosa ibuku, lapangkan kuburnya, dan terangilah tempat peristirahatannya.
Terimalah setiap kebaikan yang pernah ia lakukan, dan balaslah pengorbanannya dengan surga-Mu yang paling indah.
Satukan aku kembali dengannya kelak dalam ridha-Mu,
dan jadikan aku anak yang terus mengalirkan pahala untuknya melalui doa, amal, dan kebaikan.
Ibu,
tenanglah di sisi-Nya.
Cintamu abadi,
namamu hidup dalam doaku,
dan keteladananmu akan terus aku jaga—hari ini, esok, dan selamanya.
Selamat Hari Ibu 2025.
Doaku tak pernah berhenti untukmu. 🤍
0 Komentar